Resensi Novel “Tarian Bumi”

sampul depan buku
sampul belakang buku


A.    Identitas Buku
Judul               : Tarian Bumi
Penulis            : Oka Rusmini
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan           : Cetakan ketiga (Maret 2017)
Tebal               : 176 halaman
B.     Sinopsis
Tarian Bumi, merupakan salah satu novel karya penulis kondang Indonesia Oka Rusmini. Novel tersebut mengangkat cerita dengan tema kebudayaan Bali yang berimbas pada kisah cinta wanita Bali. Dikisahkan pada novel ini, seorang penari Bali yang handal (namun berasal dari kasta Sudra, kasta terendah dalam masyarakat Bali) bernama Luh Sekar yang tak bosan bosannya berdoa kepada Dewa agar ambisinya menjadi bangsawan (kasta Brahmana) terwujud. Berkat doa dan usaha, pada akhirnya ia berhasil menikah dengan Ida Bagus Ngurah Pidada. Ida Bagus Ngurah Pidada merupakan anak keturunan bangsawan dari pasangan Ida Bagus Tugur dan Ida Ayu Sagra Pidada. Sebenarnya orang tua Ida Bagus Ngurah Pidada tidak merestui akan penikahan putra mereka dangan Luh Sekar. Alasannya, orang tua Ida Bagus Ngurah Pidada ingin anaknya menikah dengan wanita dengan kasta sederajat. Setelah menikah ternyata hidup Luh Sekar berubah, Luh Sekar harus menuruti berbagai macam peraturan adat di kasta Brahmana yang berbeda dengan kastanya yang dulu. Kini Luh Sekar lebih tinggi derajatnya dari semua orang Sudra bahkan ibunya sendiri. Dari awal Ibu mertuanya tidak menyukai pernikahan Luh Sekar dengan Ida Bagus Ngurah Pidada. Terlebih lagi suami Luh Sekar  yang dalam novel ini digambarkan bukan laki laki yang baik. Tak lama setelah pernikahan mereka, Ida Bagus Ngurah Pidada meninggal karena mabuk.

Pernikahan Luh Sekar dengan Ngurah Pidada dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Ida Ayu Telaga Pidada. Telaga tumbuh menjadi wanita yang cantik serta ahli dalam menari (mewarisi keahlian menari Luh Sekar). Ibunya (Luh Sekar) dan neneknya (Ida Ayu Sagra Pidada) sangat mengharapkan agar nantinya Telaga menikah dengan kaum Brahmana. Bagi mereka menjaga nama baik kasta Brahmana merupakan hal yang utama. Namun tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Singkat cerita, Telaga terpikat dengan laki laki kasta Sudra bernama Wayan Sasmitha (teman menari oleh Telaga). Kisah hidup Telaga tidaklah mudah, karena cintanya pada Wayan laki laki kasta Sudra maka konsekuensinya Telaga harus meninggalkan pangkat  kebangsawanannya. Orang tua Telaga pun, Luh Sekar harus mengganti namanya menjadi Jero Kenanga. Awalnya, pernikahan Telaga dengan Wayan tidak mendapat restu dari orang tuanya. Ditakutkan pernikahan Telaga dengan Wayan menjadi contoh yang tidak baik oleh Ida Ayu yang lainnya sehingga menjadi aib pada keluarga griya Brahmana. Namun pada akhirnya pernikahan Telaga dan Wayan tetap dilangsungkan karena suatu alasan.

Belum lama Telaga menikah dengan Wayan, Wayan meninggal dunia di studio lukis miliknya karena mengidap penyakit jantung sejak kecil. Dari pernikahannya dengan Wayan, Telaga dikaruniai seorang anak perempuan bernama Luh Sari. Selepas suaminya meninggal, Telaga sering kali di ganggu oleh adik iparnya yang membuat hidup Telaga dan Luh Sari tidak tenang. Kemudian, Luh Gumbreg (ibu mertua Telaga)  menyarankan Telaga untuk melakukan Upacara Patiwangi. Tujuannya  untuk melepaskan statusnya sebagai kaum Brahmana dan supaya terbebas dari permasalahan. Akhirnya Telaga melaksanakan upacara itu di Griya, dan ia pun berubah menjadi perempuan Sudra seutuhnya.
C.    Kelebihan
Kelebihan dari novel Tarian Bali ini adalah penulis berhasil menggambarkan dengan baik suasana, perasaan, dan latar yang diceritakan dalam novel ini. Selain itu novel ini juga mengandung amanat (pesan moral) yang baik. Pesan yang disampaikan sifatnya sederhana tetapi memiliki makna yang sangat dalam mengenai kebudayaan di suatu daerah yang berimpas pada kisah cinta orang didaerah tersebut. Selain itu, dalam novel ini juga digunakan campuran bahasa Bali. Namun hal tersebut tidak sedikitpun menyusahkan pembaca karena dalam novel tersebut disediakan catatan kaki (footnote). Alur yang digunakan dalam novel tersebut adalah alur campuran. Tetapi karena alur yang digunakan lebih dominan alur mundur maka, penulis berhasil menarik rasa penasaran pembaca terhadap cerita yang dibawakan. Kemudian, penulis juga berhasil dalam mengangkat tema adat istiadat Bali dibalik modernnya Bali saat ini. Dalam novel ini juga disertai peta silsilah tokoh yang terlibat, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami setiap cerita karena banyaknya tokoh yang diceritakan. Dan yang terakhir, cover novel ini lumayan menarik.
D.    Kekurangan
Kekurangan yang ada dalam novel Tarian Bumi menurut saya adalah penggunaan beberapa kata yang cukup vulgar. Ceritanya juga mengenai pernikahan, menurut saya kurang cocok apabila dibaca untuk anak anak dibawah umur (dibawah 17 tahun). Namun kembali lagi bahwa ini merupakan karya sastra. Jadi tergantung pandangan pembaca ketika membaca novel tersebut. Tetapi dibalik permasalahan bahasa yang digunakan, secara keseluruhan saya menikmati cerita dalam novel ini.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul "Bagong"

Kenangan "EXPERT"